TAK HARUS MEMILIKI

Malam telah larut, hanya terdengar suara berisik jangkrik-jangkrik di luar sana. Bintang malam ini pun tiada wajah. Bulan hanya menampakkan separuh dari indahnya. Dinginnya angin terasa hingga menusuk dalam tulang. Rerumputan bergerak melambai-lambai, terasa ringan diterpa sang angin. Sungguh ini malam-malam seperti biasanya. Sunyi senyap yang selalu menjadi temanku sepanjang usiaku. Malam semakin larut, suara burung
hantu mulai terdengar koor.
Ingin rasanya aku menjalani malam yang berbeda hari ini, namun pada akhirnya akan selalu sama. Aku mungkin hanya seorang gadis yang merasa sepi karna aku telah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua ku, karena mereka tlah lama meniggalkanku sendiri dalam panti yang membuatku tumbuh dengan pribadi yang mandiri namun slalu aku menjadi seorang yang pendiam.
“hai, intan. Dua minggu sudha kita tidak bertemu, ya?”sapa seorang sahabatku dari jauh.
“hai stevani. Iya dua minggu kita tidak bertemu. Liburan pergi kemana saja kamu?”jawabku.
“aku tahun ini tidak kemana-mana, hanya  pergi ke Bandung saja untuk berkunjung ke rumah saudaraku , kamu sendiri gimana?”
“yah ..biasa aku hanya pergi ke panti untuk membantu ibu panti mengurus anak-anak panti. Tumben kamu hanya ke rumah saudara, kenapa tidak pergi jalan-jalan ke luar negri seperti biasa?”
“karna bibi ku disana sakit, jadi aku gak bisa jalan-jalan seperti biasa”.
Tak lama bel berbunyi tanda jam pelajaran biologi untuk di mulai.
“anak-anak siapkan kertas untuk ulangan bab 1!” perintah ibu guru kita yang seksi.
“apa bu?. Hari ini ulangan?”koor satu kelas.
“materi itukan masih belum selesai!” sela  Anggara, siswa paling cakep dikelas kami.
“kalian kan bisa belajar sendiri di rumah. Apalagi kemaren  sudah libur selama satu minggu, masa kurang untuk belajar beberapa materi saja” cetus Ibu Leni.
Dengan berat hati kita mengikuti ulangan biologi. Meski pun materi masih belum tersampaikan semuanya, untungnya aku sudah mempelajarinya ketika di rumah.
Dua jam tidak terasa untuk mengerjakan 50 soal biologi yang sangat sulit ini. Bell istirahat berdering “teet...teet...teet!”
“haduh bu, saya masih kurang banyak”
“saya juga bu!”
“harusnya ulangannya besok-besok saja bu, biar saya bisa belajar”. Aduh beberapa teman lelaki di kelasku.
“sudah..nanti kalau kalian belum tuntas masih ada remidi kan?. Sudah-sudah kemarikan lembar jawaban kalian!”

“stevani, tunggu aku mau bicara”
“eh Richo. Ada apa yach? Kok tumben banget muncul waktu istirahat kaya gini?”
“ehmm. Aaa.. aku bingung mau bicara mulai dari mana dulu!” gagap Richo cowok paling pinter di sekolah SMA Harapan Pelita.
“gak usah gugup gitu dech!. Kamu kan pinter kalau mau ngomong jadi biasa aja dech”
“aku malu!”menundukkan kepala yang tak seperti biasanya seorang Richo.
“kok pakek malu sich? Gak usah kaya gitu dech. Ini tuh gak kaya Richo biasanya yang ceplas ceplos. Sudah ke intinya aja., aku sudah di tunggu sama Intan”
“iya..iya.. jangan kaget yach!! Aku suka sama teman mu Intan!!” merahnya pipi Richo.
“apa??” stevani shock.
“jangan kaget gitu akh, aku boleh gak minta no hp-nya dia?”
“i’m shock you know!!! Seorang Richo yang paling pinter sendiri di satu SMA ini bisa suka juga ternyata ke seorang perempuan. Whahaha!! Teriak Stevani kaget.
“aku tuh gak pinter-pinter banget kalo dbandingin Intan teman mu itu. Sudahlah aku boleh gak minta no hp-nya. Kalo gak boleh yach sudah” berbalik badan dan siap-siap pergi.
“eh!! Tunggu. Jangan ngambek donk!!. Gini lho, bukannya aku gak mau ngasih no hp-nya, tapi Intan itu paling gak suka kalo ada anak cowok yang goda-goda dia lewat hp”
“lha trus aku harus gimana?’’
“hemmb.. Gini saja bagaimana kalo nanti malam aku temui kamu sama dia di cafe n’ resto dekatnya taman kota?”
“ok dech. Jam berapa?”
“jam 7 gimana?”
“ok. Thank’s yach..

“Intan, nanti aku boleh gak nginep di rumah mu?”pinta stevani.
"memangnya kamu boleh apa nginep di rumah orang?”
“tentu bolehlah, apalagi aku nginep di rumah sohib ku sendiri..hehehe. aku bolehkan?”
“iya...iya... terserah deh!”
             Matahari pun sudah siap untuk beradu berganti dengan sang rembulan dan bintang untuk temaniku dalam sepinya malam. Namun hari ini ku tidak sendiri karena ada stevani yang menginap dirumah. Tiba waktu untuk kami makan  malam.
“malam ini aku yang traktir kamu makan diluar.OK!” ajak tevani.
“ya. Sudahlah kalau memang begitu, kita makan di luar saja. Kita mau makan dimana?”
“nah, gitu dong. Ya sudah sekarang kamu ikut aku saja. Ayo buruan!”
“Iya-iya” aku langsung keluar rumah dan mengunci.
             Sepanjang perjalanan di dalam mobil aku dan stevani hanya diam dan mendengarkan lagu. Tak ada suara yang keluar dari bibirnya seperti biasa ketika kami keluar bersama-sama.
“Intan, maaf ya sebenarnya aku ajak kamu kesini buat kenalin kamu sama seseorang, dia suka kamu sudah  dari kamu kelas satu. Dia ingin kenal kamu lebih jauh lagi.. tapi aku takut untuk bilang itu sama kamu. Soalnya kamu orangnya paling enggak suka kalau di ajak kenalan sama cowok”
“apa?. Kenapa kamu  gak bilang jujur saja.  Aku gak akan marah-marah kok sama kamu”.
“iya. Maafin aku” melas stevani.
“ya. Sekarang mau gimana lagi. Aku suruh kamu balik ke rumah ku lagi, ya gak mungkin. Kita sudah sampai disini. Jadi mau gak mau aku harus ikut kamu”. Aku pasrah terhadap waktu malam ini.
“nah, gitu donk”
             entah mengapa hatiku berdegup sangat kencang. Keringat dingin keluar dari tanganku. Perutku juga sangat sakit. Tak pernah aku merasakan seperti ini sebelumnya. Apa yang sebenarnya aku rasakan malam ini?
“stev, aku keringat dingin” menyentuhkan tanganku pada stevani.
“he, Intan sekarang itu sudah malam juga gak ada ulangan. Kenapa kamu kringat dingin?. Oh pasti gara-gara mau ketumu Richo ya?”
“eng..eng..enggak kok. Bukan karena itu pastinya. Aku yakin itu”
Aku dan Stevani berjalan menuju sebuah meja, dan disana sudah ada seseorang yang mengunakan kemeja biru duduk disana. Hati ku rasanya semakin berdegup kencang. Tuhan,bantu aku untuk tenangkan hatiku yang gundah ini.
“hay, Richo. Sudah lama nunggu ya?”basa-basi Stevani.
“hay, enggak kok. Aku juga baru saja sampai. Hay Intan, apa kabar. Aku kok jarang ketemu kamu ya kalau di sekolah?”
Belum aku jawab apa yang ditanya Richo, Stevani langsung saja menjawab pertanyaan Richo.
“biasalah diakan anak rajin, jadi setiap istirahat nongkrong di perpus..hehe”trocos stevani.
“ikh, kamu apa-apaan sich!! Aku gak sebegitunya ya!!”jawabku dengan malu-malu.
“sudah-sudah, ayo cepat duduk. Kita pesan makan ya?”ajak Richo.
Terasa begitu baiknya dia dihadapku. Semakin terasa sesuatu yang menjanggal di hatiku. Rasa sayang yang semula hanya biasa saja kini menjadi sesuatu
Termangun aku menunggu seseorang yang slama ini aku tunggu
Meski hati tak sanggup untuk berucap
Dan slalu ku tunggu kata-kata itu kau ucap
Bertahun-tahun aku menunggu kata cinta darimu
Bersabar adalah hal yang biasa untuk menanti
Namun malam ini begitu indah
Degup jantung ku berdetak sangat kencang
Terasa darahku naik ke ubun-ubun
Keringat dingin basahi diri
Tuhan, inikah namanya jatuh cinta?
Kata dalam hati Intan yang sedang makan malam sama Richo. Pada malam itu Stevani sudah menyusun semua skenario untuk mendekatkan Richo dengan Intan. Pada saat  makan tiba-tiba
“aduch,.perut ku sakit banget ni, In.”kata Stevani sambil memegang perutnya.
“ya udah kita cepat-cepat pulang aja, Stev.”ucapku panik.
“kamu gak usah ikut aku pulang.Kamu disini saja sama Richo, kan besok gag ada PR. Gak papa aku pulang sendiri jangan kuwatir” ucap Stevani dengan enteng.
“tapi keadaanmu seperti ini,Stev? Gimana gag kuwatir nanti kamu dijalannya???” perhatianku ke Stevani.
“gag papa koq.tenang aja, yang penting kamu disini aja sama Richo. Kamu nanti juga diantar koq sama Richo, gag mungkin tidak. Ya kan, Rich???!”kata Stevani.
“iya. Nanti ku anter koq sahabat kmu ini dengan selamat.Tenang aja.”ucap richo dengan hati yang senang.
Akhirnya Stevani pulang sendirian dan aku hanya berdua dengan Richo saja di cafe itu.
“In,yukz kita ke taman sebentar” ucap Richo dengan gugup.
“i..i...iya. Emangnya mau ngapain ke taman malam-malam begini” suara gugupku.
“ ya jalan-jalan lha,In” suara romantis Richo.
Hatiku semakin berdegup kencang saat richo mengajak aku ke taman malam itu. Sampailah kita di Tamn yang indah pada malm itu.
“ bagus banget ya pemandangan di taman pada malam hari” kataku senang sambil melihat indahnya taman itu.
“iya. In, yukz duduk disebelah situ” kata Richo sambil menunjuk ke arah tempat duduk di taman.
Aku dan Richo berjalan menuju kursi panjang itu. Aku diam tanpa ada kat yang terucap dari mulutku. Kami duduk bersebelahan dengan melihat indahnya taman. Tiba-tiba Richo berdiri dan menarik tanganku, sehingga akupun ikut berdiri. Richo mengucapkan sebuah puisi dengan menatap mataku
Deras hujan turun membasahi hati
Gunda aku menunggu hari ini, untuk katakan
Rasa yang ada dihati
Detak jantungku berubah tak beraturan
Taukahkah kau jika aku menyayangimu
Menginginkanmu dalam hari-hariku?
Aku hanya ingin satu jawaban pasti dari lubuk hati mu...

Tanpa berfikir panjang bibirku pun membalas puisinya.

Sungguh entah apa yang sebenarnya aku rasakan
Dalam diam aku selalu memikirkanmu
Betapakau tau aku sangat menyayangimu
Dan menginginkanmu jua
Namun ku  takut tak pernah pantas untukmu
Kau begitu sempurna dengan hidupmu
Sedang aku hanya seorang perempuan
Tanpa tahta apalagi harta

`dengan hanya memilikimu
Aku sungguh beruntung
Karna ku dapatkan seorang bidadari
Yang selalu menjaga hatiku
Harta dan tahta takkan mampu
Pudarkan cinta ku
Dengan suasana yang sangat indah malam ini aku menerima Richo untuk berpacaran dengan ku. Malam semakin larut, kami pun pulang. Richo pun mengantarkanku sampai rumah.
“selamt malam, sayang. Semoga mimpi indah. Aku pulang dulu” ucap Richo kepadaku.
Dalam hati ku gag nyangka Richo manggil aku sayang malam ini. Sungguh malam ini adalah malam terindah bagiku. Aku pun akhirnya masuk kedalaam dan aku sudah ditunggu oleh stevani yang sudah duluan.
“ gimana,In???. Kamu ditembak Richo yya???.,hayo cie cie..,kamu terima apa gag Richo???” crocos Stevani bertanya ke aku.
“ kenapa sih tanya mu itu kayak wartawan aja,Stev???.,iya richo katakan cinta ke aku. Dan aku terima dia jadi pacarku” ucapku dengan hati yang senang.
“ wach, selamat ya. Udah jadian ama Richo.” Stevani dengan senagnya.
“iya. Makasih ya kamu yang nolongin aku untuk bisa berpacaran dengan Richo. Ya udah ayo kita tidur besok kita bangun kesiangan dan telat kesekolah” ucapku dengan berjalan menuju kamar ku dan Stevani ikut menyusul.
“iya. Apasih yang gag buat sobatku yang baik dan pintar ini. Aku juga ngantuk nunggu kamu pulang tadi” jawab Stevani ke aku.
Dug...dug...dug. suara bedug Shubuh dan aku terbangun untuk sholat dan mandi untuk mempersiapkan sekolah. Aku pun melakuka kegiatan itu seperti hari biasanya. Stevani pun mengikuti kegiatan Intan dan membantu Intan membersihkan rumah sebelum berangkat sekolah. Jam menunjukkan pukul.06.00 mereka harus berangkat tapi saat mereka buka pintu depan dan mengunci pintu tiba-tiba
“ tit...tit...tit..” suara mobil Richo.
“ wach ada yang jemput ya sekarang sobat ku yang pinter ini” cetus Stevani dengan ceplas ceplos.
Aku  tetep diam meskipun Stevani berbicara seperti itu dan aku, Stevani  menuju kemobilnya Richo dan aku duduk disebelah Richo yang sedang nyetir dan dibelakang ada Stevani yang jadi obat nyamuk ku.hehehehe
“ khem..khem...khem... ada yang sudah jadian nie...,,cie cie...” goda Stevani ke aku dan Richo.
“Stev, diem!!!!!!” kata ku dengan muka memerah.
“ biasa aja kali, In” jawab lagi Stevani.
Richo hanya senyum-senyum melihat mereka ngobrol. Mereka sampai disekolah dan mereka menuju ke kelas masing-masing tetapi Richo menuju ke kelas IPA2 yang terletak jauh dari kelasnya Intan.
“ yank, hati-hati dikelas ya. Belajar yang tekun” kata Richo sok romantis ke Intan.
“iya,kamu juga” jawabku cepat.
“khem...khem..” sahut stevani.
Kring....kring...bel bunyi masuk kelas.
Setelah beberapa bulan aku menjalani hubunganku dengan Richo prestasi yang aku genggam terlepas dari tanganku dan sulit untuk aku dapatkan kembali. anak baru dari Jakarta lah yang telah mengambil semuanya itu. Dan akupun berfikir kalau ini semua sebab dari aku berpacaran dan aku tidak bisa konsen dalam mengikuti pelajaran dengan baik, tidak seperti biasanya.
“ Richo, pulang sekolah aku mau ketemu kamu. Aku tunggu ditaman sekolah” ku kirim sms padanya.
“ kenap yang????.,kangent ea???” balasan sms dari Richo.
“gag.,quw Cuma ingin berbicara dengan kamu. PENTING!!!!!” balasanku lagi ke Richo.
“iya.aduch,perasaanku koq jdy gag enak ya...,” balas Richo.
Aku tidak membalas smsnya.
Kring...kring...kring....,bel pulang sekolah berbunyi. Akupun langsung buru-buru pergi menuju taman. Disana sudah ada Richo yang sudah menunggu.
“Rich, aku to the poin aja ya. Aku minta hubungsn kita sampai sini aja” ucapku langsung kepada Richo.
“kamu bergurau ya,yank???” richo sambil senyum.
“aku berbicara serius,Rich. Aku harap kamu bisa ngerti apa maksudku” jawabku langsung dan aku lari dengan cepat secepat kilat.
Richo pun terdiam seperti orang yang kena setan dan pulang dengan lemas. Richo meskipun terdiam tidak menjawab apa-apa, tetapi dia tetap mengejar-ngejar aku tida henti-hentinya. Richo mengajak aku supaya kembali ke Richo tetapi aku tetap pada pendirianku tidak mau pacaran kembali. Dan pada saat itu anak baru dari Jakarta suka dengan Richo. Richo pun mencoba untuk melupakan aku dan mencoba mencari cewek lain. Akhirnya, Richo dan anak baru dari Jakarta pun jadian setelah ia cukup lelah untuk meminta aku untuk kembali padannya.
Aku  mendapat informasi kalao Rhico sudah berpacaran dengan anak dari Jakarta itu dari Stevani. Aku kecewa bahkan sangat kecewa telah memutuskan Richo waktu itu, aku cuek padanya, dan kalau ketemu seperti orang yang gag pernah kenal. Akhirnya, Intan lebih baik memfokuskan semua fikiranya ke sekolahnya.
Stevani secara diam-diam menyelidiki semua tingkah dari anak jakarta itu. Stevani pun waktu ke Mall melihat anak jakarta berjalan-jalan dengan cowok lain selain dengan Rhico dan bergandengan tangan. Ide Stevanie pun sangat bagus
“ Rhico..Rhico...aku mau bicara dengan kamu sebentar” sambil ngos-ngosan lari mengejar Rhico.
“ada apa, Stev???” jawab Rhico.
“gini ini tentang cewekmu. Aku kemarin nglihat cewekmu jalan dengan cowok lain di Mall, bergandengan tangan mesra lagi” cerocos stevani.
“masak che???.,aku gn akhirnya gag percaya” jawab Rhico.
“terserah kalau kamu gag percaya” ketus Stevani dan langsung membalikkan badan dan pulang.
Setelah beberapa minggu kemudian saat Rhico jalan-jalan dengan orang tuanya melihat ceweknya berjalan dengan cowok lain dan intinya play Girl. Setelah mengetahui ceweknya adalah PLAY GirLS, Rhico pun memutuskannya waktu disekolahan.
Setelah itu, Rhico mengejar-ngejar aku lagi dan aku masih tetap tidak mau. Dia tiba-tiba menyusul aku waktu pulang les. Dia menungggu aku pulang dan suruh aku bareng sama dia tapi aku tetap aja jalan. Rhico tetap mengikuti aku ari belakang. Di pertigaan jalan aku berhenti dan Rhicopun turun dari mobilnya dan saat itu juga ada anak jakrta tersebut didepanku. Kita  bertengkar dan akhirnya aku yang mengalah  demi Rhico. Aku pun berlari sambil menangis dan tanpa aku sadari ada sebuah truk yang menghampiriku.
“ INTANNNNN!!!!!!!!!!!” teriak Rhico dengan sekeras-kerasnya, menghampirinya dan membawa intan ke rumah sakit.
“ Halo...Stevani..,Intan kecelakaan dan dia sekarang ada dirumah sakit Medistra” suara Rhico yang sangat sedih.
“iya,Rich. Aku akan cepat kesana dan aku akan menghubungi ibu panti supaya datang ke rumah sakit” jawab Stevani dengan kegelisahan.
Selama diperjalanan Stevani menangis mendengar Intan kecelakaan. Stevani menjemput Ibu panti dan bersama-sama melihat Intan di rumah sakit.
“ Rhico, gimana keadaan Intan???kepana hal ini bisa terjadi???” tanya stevani khawatir.
“Iya nak Rhico,bagaimana keadaannya Intan????”tanya ibu panti yang juga khawatir dengan Intan.
“maaf ya buk,Stev ini semua salahku. Kalao aku tadi tidak memaksa Intan pulang bareng sama aku gag akan terjadi hal seperti ini” jawab Rhico bersalah.
“gag koq, Rick. Mungkin ini semua telah ditakdirkan oleh Tuhan” jawab Stevani.
“ini keluarga dari Saudari Intan ya???.,”kata seorang dokter.
“iya kami semua disini keluarganya,dok. Bagaimana dengan keadaan putri saya???” jawab ibu panti dengan kegelisahan.
“ Ibu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong putri anda. Namun, Tuhan berkehendak lain. Putri Ibu sudah diambil oleh Tuhan. Ibu tolong untuk bisa bersabar” kata dokter sambil berlalu pergi.
Mereka sangat bersedih, apalagi Rhico dia menagis histeris karena dia merasa bersalah dan sangat kehilangan. Begitupun dengan sobat karibnya Stevani juga sangat kehilangan sobat terbaiknya yang selalu menemaninya dalam suka maupun duka.
Esok paginya jenazah Intan dimakamkan di dekat panti asuhan yang lama ia tinggali dan dibesarkan. Stevani, Rhico, dan teman-teman Intan yang lain juga ikut dalam proses pemakaman. Semua yang mengikuti proses tersebut semuanya pada menangis melihat Intan yang sudah terbaring di dalam tanah.
Semua pulang dengan kesedihan yang sangat mendalam, terkecuali Rhico yang masih saja diam diatas pusaran jasadnya Intan sambil menangis terisak-isak. Tanpa disadari Rhico, ia mendengar samar-samar suara seperti suara Intan
“ RHICO, AKU AKAN SELALU MENYAYANGIMU MESKI KAU SUDAH MEMILIKI CINTA YANG PANTAS UNTUKMU DAN AKUPUN AKAN SELALU BERADA DISAMPINGMU”.
Rhico diam sejenak dan mencari asal suara, tetapi dia tidak melihat sesosokpun disekitar Rhico.
Dalam kamarnya Rhico hanya berdiam diri mengingat semua apa yang didengarnya saat ada di pemakamannya Intan.
Sore harinya Rhico kembali ke makam Intan, ia menangis disana dan ia mengucapkan
“ SELAMAT JALAN SAYANG, MESKIPUN KITA BERADA DI DUNIA YANG BERBEDA TAPI HATIKU HANYA UNTUK MU KAMU AKAN SELALU MENJADI YANG TERBAIK DALAM HIDUPKU. AKU AKAN SETIA MENUNGGUMU DISINI HINGGA KAU KEMBALI, JIKA KAU TAK KEMBALI AKU AKAN MENYUSULMU”
Meski raga tak kumiliki
Tapi hatimu akan slalu terpendam dalam hatiku
Cintamu tak akan pernah mati
Walau jasadmu tlah menyatuh berasama  tanah
Namun cahaya hatimu salalu menerangi hatiku
Ku tau kau akan mrasa kesepian dalam gelap
Namun harus slalu kau tau
Kau Cinta Pertama dan Terakhir untukKu

Malang 22 Okt 2011


  Pengirim : Tietha noupha